Edukasi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular di Pondok Pesantren Mambaul Ulum Panjunan Sidoarjo

             Pengabdian masyarakat adalah salah satu bentuk nyata kontribusi individu maupun kelompok dalam membantu menyelesaikan masalah yang ada di lingkungan sekitar. Kegiatan ini tidak hanya memberikan manfaat bagi masyarakat penerima, tetapi juga bagi para pelaksana yang terlibat karena dapat menumbuhkan rasa empati, tanggung jawab sosial, dan kepedulian terhadap sesama. Sebagai bagian dari kewajiban mengampu mata kuliah, saya bersama kelompok 03 mahasiswa Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Pengabdian masyarakat adalah salah satu bentuk nyata kontribusi individu maupun kelompok dalam membantu menyelesaikan masalah yang ada di lingkungan sekitar. Kegiatan ini tidak hanya memberikan manfaat bagi masyarakat penerima, tetapi juga bagi para pelaksana yang terlibat karena dapat menumbuhkan rasa empati, tanggung jawab sosial, dan kepedulian terhadap sesama.

Mahasiswa Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Semester 6 Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA) telah melaksanakan kegiatan Project Based Learning (PjBL) di Pondok Pesantren Mambaul Ulum Panjunan, Sidoarjo. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 24 Juni 2025 dengan jumlah peserta sebanyak 43 santri yang secara antusias mengikuti seluruh kegiatan. Dalam pelaksanaan PjBL, kelompok kami mengusung dua program utama, yaitu JAGA SANTRI (Jaga Kesehatan Santri, Tubuh dan Hati) dan MTS BAROKAH (Mondok Tanpa Sampah, Belajar Nyaman, Ilmu Barokah). Kedua program tersebut dirancang sebagai wujud kontribusi mahasiswa dalam meningkatkan derajat kesehatan santri melalui pendekatan edukatif yang komunikatif dan aplikatif.

Program JAGA SANTRI yang berfokus pada peningkatan kesadaran dan pemahaman santri mengenai penyakit menular maupun tidak menular. Pada sesi edukasi penyakit menular, materi yang disampaikan mencakup Tuberkulosis (TBC) dan skabies, mengingat kedua penyakit tersebut kerap menjadi permasalahan kesehatan di lingkungan padat seperti pesantren. Dalam pelaksanaan penyuluhan, saya bekerja sama dengan dua kader Santri Husada sehingga kegiatan berjalan interaktif dan menumbuhkan rasa kepemilikan santri terhadap isu kesehatan di lingkungan mereka. Selanjutnya, edukasi mengenai penyakit tidak menular juga dilaksanakan dengan pembahasan terkait anemia, status gizi, serta kesehatan mental. Antusiasme peserta dalam mengajukan pertanyaan menunjukkan bahwa topik yang kami angkat relevan dengan kondisi mereka.

Pada tanggal 25 Juni 2025 kader santri husada mempresentasikan media promosi kesehatan terkait penyakit menular dan tidak menular yang sudah dijelaskan sebelumnya. Kegiatan PjBL ini bukan hanya sebatas pemenuhan tugas perkuliahan, tetapi juga pengalaman berharga yang mengajarkan pentingnya kemampuan komunikasi kesehatan, kerja sama lintas peran, serta pengabdian kepada masyarakat. Melalui kegiatan ini, saya semakin memahami bahwa upaya promotif dan preventif harus dikemas secara sederhana, menarik, dan sesuai dengan konteks lingkungan agar dapat memberikan dampak nyata bagi masyarakat, khususnya para santri di pesantren.


Komentar